Application Programming Interface (API) dianggap sebagai pahlawan revolusi digital tanpa tanda jasa. API mampu merekatkan beragam komponen software untuk menciptakan pengalaman yang lebih baik pada pengguna. Di sisi lain, dalam menyediakan jalur langsung ke database back-end, API juga jadi target empuk untuk ancaman siber. Itulah alasan kenapa API monitoring sangat dibutuhkan. 

Semakin banyak yang menggunakan API, semakin meningkat pula ancaman siber yang mungkin terjadi. Banyak perusahaan global yang sudah mengalami masalah keamanan API dalam operasional perusahaan. Sebenarnya kenapa ancaman API berbahaya dan apa bentuk ancaman yang paling parah? Simak juga cara memitigasinya di bawah ini!

Seberapa Parahkan Ancaman API?

Saat ini, API merupakan kunci bagi banyak perusahaan. Menurut konsep Gartner, API merupakan konsep di mana perusahaan didukung untuk membagi aplikasi mereka menjadi beberapa Packaged Business Capabilities (PBCs) atau kemampuan bisnis yang terpaket.

Inilah yang menyebabkan kebanyakan pemimpin di tim teknologi informatika berskala global sepakat bahwa keberhasilan penerapan API sangat penting bagi pendapatan dan pertumbuhan perusahaan di masa depan. Namun, semakin banyaknya jumlah API dan distribusinya di berbagai arsitektur dan tim menjadi sumber kekhawatiran baru. 

Di perusahaan besar, mungkin ada puluhan atau bahkan ratusan ribu API yang saling berhubungan dengan pelanggan dan mitra mereka. Bahkan, perusahaan skala menengah mungkin memiliki ribuan API yang saling terhubung. API security menjadi hal yang sangat penting agar performanya tetap berjalan baik dan pelanggan pun tetap puas dengan layanan perusahaan. 

Apa Dampak Ancaman API pada Perusahaan?

Dampak ancaman API sering kali jauh dari teori. Beberapa contoh yang terjadi di tahun 2023 karena ancaman API adalah:

  • Perusahaan T-Mobile USA mengakui bahwa sebanyak 37 juta pelanggan mereka informasi pribadinya diakses oleh pengancam siber via API. 
  • Booking.com mengimplementasikan Misconfigured Open Authorization (OAuth) yang salah dikonfigurasi. Karena hal ini, maka mungkin menyebabkan serangan pengambilalihan akun pengguna yang sangat serius di situsnya. 

Jadi, bukan hanya reputasi perusahaan dan labanya saja yang terancam karena ancaman API. Tapi ancaman API juga berisiko menunda proyek bisnis yang sangat penting. 

Risiko API Paling Besar

Sebenarnya ada ribuan cara bagi peretas untuk mengeksploitasi dan menyalahgunakan API. Tapi ada 3 risiko terbesar yang sering dijadikan ancaman API ke berbagai perusahaan. Berikut ini daftar ketiganya:

1. Broken Object Level Authorization (BOLA)

BOLA terjadi apabila API tidak dapat mengenali dan memberikan verifikasi apakah pemohon memang berhak mendapatkan akses ke suatu obyek. Hal ini dapat menyebabkan berbagai hal yang sangat merugikan bagi perusahaan, mulai dari pencurian, modifikasi, dan yang paling parah adalah penghapusan data. 

2. Broken Authentication

Otentikasi yang rusak terjadi saat perlindungan otentikasi tidak ada dan/atau salah diterapkan. Otentikasi API bisa jadi rumit dan membingungkan bagi banyak developer, yang mungkin juga punya kesalahpahaman tentang cara mengimplementasikannya. Mekanisme otentikasi ini dapat diekspos ke siapa saja, sehingga menjadikan otentikasi jadi target yang menarik bagi penyerang. 

Endpoint API yang bertanggung jawab atas otentikasi harus diperlakukan berbeda dari titik akhir yang lain, artinya perlindungannya harus ditingkatkan. Mekanisme otentikasi apa pun yang digunakan oleh developer harus sesuai dengan vektor serangan yang relevan. 

3. Broken Object Property Level Authorization (BOPLA)

BOPLA terjadi saat penyerang dapat membaca properti obyek atau mengubah nilai properti yang tidak boleh mereka akses. Endpoint API rentan jika mengekspos properti obyek yang dianggap sensitif (misalnya paparan data berlebihan), atau jika pengguna diizinkan untuk mengubah, menambah, atau menghapus nilai properti obyek sensitif. 

Cara Mitigasi Ancaman API

Mengingat begitu besar yang perlu dipertaruhkan perusahaan karena keamanan API, penting sekali bagi perusahaan untuk membangun API security dan strategi API sejak awal. Ini berarti perusahaan harus paham semua lokasinya dan menerapkan alat dan teknik untuk mengelola otentikasi endpoint. Selain itu, perusahaan harus mengamankan komunikasi jaringan, memitigasi bug umum, dan mengatasi ancaman bot jahat. 

Berikut ini beberapa cara untuk memitigasi ancaman API yang dapat dilakukan perusahaan:

  • Tingkatkan tata kelola API dengan mengikuti model pengembangan aplikasi yang berpusat pada API. Dengan begitu, visibilitas dan kontrol tetap dimiliki perusahaan. 
  • Gunakan layanan API monitoring untuk menghilangkan masalah pada API di perusahaan dan memahami semua lokasi API. Selain itu, layanan ini dapat memberikan info apakah API mengalami kerentanan. 
  • Tambahkan Web Application Firewall (WAF) untuk meningkatkan keamanan gateway perusahaan, memblokir lalu lintas berbahaya, termasuk DDos. Penggunaan WAF juga dapat memblokir upaya eksploitasi. 
  • Enkripsi semua data yang melewati API, sehingga tidak dapat diancam atau dimasuki oleh peretas. 
  • Terapkan pembatasan kecepatan untuk membatasi seberapa seringnya API dapat digunakan. Ini juga dapat mengurangi ancaman serangan DDoS dan lonjakan yang tidak diinginkan lainnya. 

Itu dia ancaman terbesar API dan beberapa cara memitigasinya. Ancaman siber akan selalu ada dan terus berkembang, karena itu API monitoring sangat penting. Perusahaan perlu memilih layanan API monitoring yang berkualitas tinggi, seperti Netmonk. Dengan produk andalannya, Netmonk Prime, tersedia monitoring untuk Web/API, jaringan, dan server dalam satu aplikasi!

Netmonk Prime telah dipercaya oleh lebih dari 1000 perusahaan di Indonesia, seperti Telkom Indonesia, IndiHome, IndiBox, dan masih banyak lagi. Langsung saja kunjungi web Netmonk untuk info lebih lanjut dan cara menggunakan layanannya.