Perusahaan modern kini banyak menggunakan API karena mampu mengintegrasikan beberapa sistem dan aplikasi sekaligus. API monitoring diperlukan untuk memastikan kondisinya tetap aman digunakan bagi data perusahaan dan konsumen. 

Masalahnya, API kini telah menjadi target favorit bagi peretas di dunia maya. Karena itu, tantangan untuk mengamankan API pun semakin mendesak. Apa saja tantangannya dan bagaimana cara mengatasinya? Sebelumnya, perlu memahami dulu apa definisi API di bawah ini. 

Apa Itu API?

API merupakan singkatan dari  Application Programming Interface. Dalam konteks API, kata ‘application’ mengacu pada software apa pun yang fungsinya berbeda. API merupakan mekanisme yang memungkinkan 2 komponen software untuk berkomunikasi dengan satu sama lain dengan menggunakan serangkaian protokol. 

Sebagai contoh, software API yang digunakan di biro yang menangani cuaca. Sistem software mereka memuat data cuaca harian. Aplikasi cuaca yang ada di HP kita “berbicara” dengan sistem ini via API sehingga dapat menunjukkan info data setiap harinya di HP kita. Bukan hanya update cuaca harian, tapi bahkan per jam dan per menit. 

Arsitektur API biasanya dijelaskan dengan istilah klien dan server. Aplikasi yang mengirim request disebut klien, sedangkan aplikasi yang mengirim respons disebut server. Jadi berdasarkan contoh biro cuaca di atas, database biro cuaca adalah servernya, sedangkan aplikasi di HP kita adalah kliennya. 

Seberapa Parah Ancaman Terhadap API?

API security harus dijaga dengan baik agar kualitas dan keamanannya dapat terus diandalkan. API adalah kunci bagi perusahaan yang bisa dibagi-bagi menjadi beberapa komponen kecil. Dengan komponen yang kecil-kecil, maka memungkinkan perusahaan untuk bekerja dengan lebih gesit dan dengan kecepatan lebih tinggi. Dengan begitu, fungsi API pun akan semakin dirasakan oleh perusahaan maupun pengguna. 

Hampir semua pemimpin di bidang IT sepakat bahwa menerapkan API dengan sukses merupakan hal yang sangat penting agar perusahaan bisa mendapatkan penghasilan yang lebih besar ke depannya. Pemanfaatan API yang tepat dan monitoring API sangat mendukung perkembangan perusahaan. Sayangnya, saat ini API semakin banyak tantangannya di dunia maya. 

Perusahaan besar asal Amerika, T-Mobile USA mengakui bahwa sebanyak 37 juta konsumen mereka telah diakses data personalnya lewat API. Implementasi Open Authorization yang tidak terkonfigurasi di Booking.com juga hampir menyalahgunakan akun. Ancaman terhadap API tidak hanya bisa merusak reputasi perusahaan, tapi sangat menghambat proyek bisnis yang penting. 

Banyak perusahaan yang mengklaim bahwa mereka harus memperlambat kinerjanya, terutama penerapan aplikasi baru, karena alasan keamanan API. Sebisa mungkin, API dijaga dengan baik agar data perusahaan dan konsumen tetap aman. 

3 Risiko Keamanan API

Ada ribuan cara peretas mengeksploitasi API. Tapi ada top 3 ancaman yang sangat mengancam API saat ini. Ketiganya adalah: 

1. Broken Object Level Authorization (BOLA)

BOLA terjadi apabila sistem API gagal memverifikasi apakah pemohon harus memiliki akses ke suatu objek. Kalau sudah gagal, maka dapat menyebabkan pencurian data, modifikasi yang tidak diinginkan, bahkan hingga penghapusan data penting. 

Untuk melakukan BOLA, penyerang hanya perlu mengetahui bahwa masalahnya ada. Penyerang tidak perlu melakukan peretasan kode maupun peretasan kata sandi. API yang tidak dimonitor dengan baik akan lebih mudah mengalami BOLA. 

2. Otentikasi Gagal

Ini adalah saat perlindungan otentikasi tidak ada atau salah diterapkan, sehingga berujung pada kegagalan otentikasi. Otentikasi API bisa menjadi rumit dan membingungkan prosesnya bagi banyak developer, sehingga memungkinkan terjadi kesalahpahaman dalam cara mengimplementasikannya. 

Mekanisme otentikasinya sendiri juga dapat diekspos kepada siapa saja sehingga menjadikannya target yang menarik. Titik akhir API yang bertanggung jawab atas otentikasi harus diperlakukan berbeda dari titik akhir lainnya dengan tingkat perlindungan yang ditingkatkan. Mekanisme otentikasi apa pun yang digunakan harus sesuai dengan vektor serangan yang relevan. 

3. Broken Object Property Level Authorization (BOPLA)

BOPLA adalah kondisi ketika penyerang dapat membaca atau mengubah nilai properti objek yang tidak seharusnya mereka akses. Titik akhir API rentan jika mengekspos properti objek yang dianggap sensitif. Akses yang tidak sah dapat mengakibatkan pengungkapan data kepada pihak yang tidak berwenang, kehilangan data, atau manipulasi data. 

Penting juga untuk diingat bahwa kerentanan di jaringan API tidak bersifat eksklusif. Beberapa pelanggaran data berbasis API yang akibatnya sangat buruk disebabkan oleh kombinasi eksploitasi seperti BOLA dan paparan data yang berlebihan. 

Cara Mengatasi Ancaman API

Mengingat keamanan API sangat penting, perusahaan perlu membangun keamanan dalam strategi API sejak awal. Hal ini berarti harus memahami lokasi semua API yang digunakan perusahaan dan menerapkan alat dan teknik untuk mengelola otentikasi titik akhir, mengamankan komunikasi jaringan, mitigasi bug, dan mengatasi ancaman bot jahat. 

Untuk mengatasi ancaman API, bisa dilakukan dengan beberapa cara di bawah ini:

Tingkatkan Tata Kelola API

Cara meningkatkannya adalah dengan mengikuti model pengembangan aplikasi yang berpusat pada API yang memungkinkan perusahaan untuk mendapatkan visibilitas dan kontrol. Dengan meningkatkan tata kelola API, perusahaan akan menerapkan kontrol di awal siklus hidup pengembangan software

Terapkan Gateway API

Gateway API dapat menerima permintaan klien dan membuat rute ke layanan back-end yang tepat. Alat manajemen API akan membantu perusahaan dalam proses otentikasi, mengontrol, monitor, dan mengamankan lalu lintas API. 

Pertimbangkan Pendekatan Zero Trust

Pendekatan zero trust menyatakan bahwa tidak ada pengguna, aset, atau sumber daya di dalam perimeter yang dapat dipercaya. Sebaliknya, perusahaan perlu meminta bukti otentikasi dan otorisasi untuk setiap operasi. 

Tambahkan Web Application Firewall (WAF) 

WAF gunanya untuk meningkatkan keamanan Gateway yang digunakan perusahaan. Selain itu, WAF dapat memblokir lalu lintas yang berbahaya termasuk DDoS dan upaya eksploitasi API yang merugikan bagi jaringan perusahaan. 

Terapkan Pembatasan Kecepatan 

Gunanya pembatasan kecepatan adalah untuk membatasi seberapa sering API dapat dipanggil. Hal ini akan mengurangi ancaman serangan DDoS dan lonjakan lain yang mungkin terjadi dan tentunya tidak diinginkan oleh perusahaan. 

Enkripsi Semua Data

Data enkripsi bisa dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya lewat TLS. Semua data yang lewat di API harus dienkripsi supaya tidak bisa dihentikan jika terjadi serangan di tengah perjalanan data pada jaringan API perusahaan. Data lebih aman, kualitas data perusahaan dan konsumen pun lebih baik. 

Menjaga keamanan API sangat penting untuk keamanan data konsumen maupun data penting perusahaan. Pastikan hanya menggunakan layanan monitoring jaringan yang dapat diandalkan seperti Netmonk Prime yang memberikan kemudahan bagi penggunanya sejak didirikan tahun 2017.

Netmonk berkomitmen untuk menghadirkan koneksi internet ke berbagai wilayah di Indonesia dan membantu perusahaan dalam mengamankan jaringan dengan kualitas dan cara terbaik, sehingga kini telah dipercaya oleh lebih dari 1000+ pengguna perusahaan di Indonesia. Coba demonya selama 14 hari dengan mengunjungi website kami dan minta penawaran di sini. Buktikan sendiri mudahnya monitoring!